BANDUNG, (PR).- Peserta seminar "Dinar Dirham" dan Rakorwil Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jabar, di Bale Asri Pusdai Jabar,
Jln. Diponegoro Bandung, Minggu (2/11), mendadak geger setelah adanya
isu bom. Para peserta seminar dan rakorwil langsung diminta keluar dari
dalam ruangan. Sebelumnya, barang bawaan mereka diperiksa satu per satu
oleh aparat polisi dari Polres Bandung Tengah dan tim gegana Polda Jabar.
Demikian pula dengan sudut-sudut dan dinding gedung Bale Asri diperiksa
oleh tim gegana. Dengan demikian, peserta seminar dan rakorwil dievakuasi
ke ruangan lain di lantai dua untuk melanjutkan acaranya.
Sekira satu jam kemudian, aparat Polri dan tim gegana memastikan keadaan
aman karena tidak ditemukan satu benda pun yang mencurigakan sebagai
bom.
Menurut salah seorang staf Bagian Administrasi dan Umum Pusdai H. Rachmat
Wildan, S.E., isu bom itu bermula dari diterimanya informasi dari seseorang
yang menelefon Pusdai Jabar. Saat itu, staf penerima tamu, Dra. Evie,
menerima telefon dari seseorang yang menyatakan ada bom di bagian dalam
ruang Bale Asri Pusdai Jabar. Selanjutnya, Evie menyampaikan informasi
tersebut kepada pimpinan Pusdai Jabar dan panitia seminar.
"Sebagai sebuah antisipasi, akhirnya kami sampaikan informasi itu kepada
aparat berwajib. Memang, kebetulan saat ada telefon, Ketua Umum ICMI
Orpus H. Adi Sasono sedang ceramah," ujar Rachmat Wildan.
Dalam kesempatan terpisah, Pjs. Wakil Direktur Pusdai Jabar Ir. H.
D. Sodik Mudjahid, M.Sc., mengatakan, sebenarnya isu bom di lingkungan
Pusdai Jabar bukan yang pertama kali. Dulu, sebelum ada isu bom di Bandung
Supermal (BSM), Pusdai sempat pula ditelefon oleh seseorang yang menginformasikan
ada bom di ruangan tertentu di Pusdai.
"Kami menduga kuat, itu hanya pekerjaan orang iseng. Bahkan, tidak
menutup kemungkinan suatu saat ada yang menelefon bahwa di Pusdai Jabar
ada bom nuklir yang siap meledak," kata Sodik, sambil tertawa. Solusi
tepat
Dalam ceramahnya, Adi Sasono mengatakan, upaya memberlakukan mata
uang dinar dan dirham di Indonesia maupun di negara-negara yang mayoritas
berpenduduk Muslim sesungguhnya merupakan langkah yang tepat.
"Krisis sekarang ini, solusinya antara lain memberlakukan mata uang
dinar dan dirham," tutur Adi Sasono.
Sementara itu, pembicara seminar yakni Prof. Dr. Hakimi Ibrahim mengatakan,
pemberlakukan dinar dan dirham itu merupakan upaya mengikuti sunnah
Rasulullaah saw.. dan suatu ikhtiar untuk mengembalikan perekonomian
sebagaimana pada masa jaya umat Islam dulu.
"Jika kita perkenalkan dinar dan dirham, itu bermakna kita telah mengembalikan
sistem mata uang Islam," ujar Guru Besar University Sains Malaya ini.
Dalam seminar itu, pihak Murabitun Nusantara yang dipimpin Achmad Iwan
Ibrahim Adjie, juga menyebarkan contoh mata uang dinar dan dirham tersebut
kepada para peserta seminar dan rakorwil. Achmad Iwan menceritakan pula
pengalamannya menggunakan atau bertransaksi dengan dinar dan dirham
di sejumlah negara.
Pada siang harinya diselenggarakan rakorwil yang membahas materi tentang
perekonomian dan keorganisasian ICMI Orwil Jabar. Dalam bidang ekonomi,
sempat pula dikaji tentang persoalan mata uang dinar dan dirham serta
dampak positifnya bagi upaya mengatasi krisis multi dimensi di Indonesia.