'What is money tomorrow? Apa arti uang besok, lusa, dua puluh
tahun mendatang? Bila Anda tidak tahu apa itu uang, maka Anda mudah
berspekulasi.''
Inilah penegasan yang disampaikan Prof. Dr. Hakim Ibrahim dalam Semiloka
Dinar dan Dirham sebagai salah satu alternatif Keluar dari Himpitan
Krisis, pekan lalu di Balai Asri Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Bandung.
Hakim mengatakan, selama ini uang di seluruh dunia dikendalikan oleh
dolar AS. Rupiah, ringgit, peso, dan mata uang lainnya mengacu pada
dolar. Anehnya, dolar sendiri tidak mempunyai definisi yang jelas berapa
ukuran pastinya. Jadi mata uang-mata uang tersebut dapat dimain-mainkan.
''Ringgit bukan punya Malaysia, rupiah bukan punya Indonesia, semua
didefinisikan oleh dolar. Dolar yang menguasai semua mata uang di dunia.
Jadi semua mata uang dikawal atau dikungkung oleh dolar tanpa ada definisi,
tanpa ada ta'rifat,'' kata Hakim.
Dosen Universiti Sains Malaysia ini menambahkan, ekonomi sekarang bersifat
spekulatif. Ekonomi Islam tidak akan berarti bila tanpa ada alat tukar
pendukung yang benar. Kesehatan sebuah negara bergantung pada benar
atau sahnya mata uang. Selama ini uang yang beredar adalah uang kertas
yang nilai intrinsiknya tidak sesuai dengan nilai riilnya.
Setiap hari nilai intrinsik uang kertas bisa berubah drastis. Inilah
yang bisa menjadi sarana spekulasi pihak-pihak yang ingin mengambil
keuntungan. Pada kesempatan yang sama, Achmad Iwan Aji dari Murabittun
Nusantara, memberikan penjelasan, bahwa yang digagas para pencetus ide
pemakaian dinar dan dirham bukanlah untuk mengganti sistem yang ada.
Ide ini, katanya, merupakan suatu usulan alternatif sebagai jalan keluar
dari krisis ekonomi. Penggunaannya bertahap, dimulai dengan pembayaran
haji, zakat, mahar sampai transaksi niaga. ''Kita bukan untuk mengubah
sistem tapi menjadikan dinar-dirham sebagai alternatif keluar dari krisis,''
tandasnya. Acara yang diselenggarakan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI) ini juga menghadirkan Ketua ICMI Adi Sasono.
Menurut Adi, dari dulu hingga sekarang Indonesia berada dalam cengkeraman
imperialisme ekonomi. Penajajahan itu dimulai sejak kapal dagang VOC
mendarat perama kalinya tahun 1511 di Indonesia. Penjajahan yang sama
terus diterima Indonesia sejak menerima dan menjadikan IMF sebagai dokter
ekonomi. Imperialisme ekonomi inilah yang menyebabkan Indonesia lemah
sehingga mudah diatur dan dihina negara lain.
Adi menyebutkan penangkapan beberapa WNI di Australia tanpa alasan
yang kuat merupakan refleksi ketidakhormatan Australia kepada bangsa
Indonesia, khususnya umat Islam. ''Ini kenyataan kita. Suatu bangsa
yang lemah yang bergantung bisa dihina. Karena itu kita harus kuat supaya
orang tidak bisa kurang ajar, seperti sekarang terjadi,'' ujar mantan
menteri koperasi ini.
Untuk itu, Adi mengajak semua pihak menguatkan perekonomian Indonesia
supaya tidak bergantung pada negara lain. Salah satunya adalah dengan
penggunaan dinar-dirham yang stabilitas nilai mata uangnya terjamin.
''Kita menguatkan ekonomi yang tidak bergantung pada negara lain.
Pemerintah harus benar, harus kuat memberikan teladan. Yang memiliki
rasa kebangsaan, tidak menghamba pada asing,'' tandas Adi. Semiloka
ini merupakan rangkaian acara dari Rapat Koordinasi Wilayah ICMI Korwil
Jawa Barat. Rakor ini membahas evaluasi program Korsat ICMI dan membuat
program baru yang implementatif.
Acara sempat dihentikan sejenak karena panitia datang beserta sejumlah
aparat kepolisian yang hendak memeriksa kebenaran informasi ada tidaknya
bom di gedung yang dipakai. Para peserta diperiksa termasuk Adi Sasono.
Selain itu aparat juga menyisir seluruh gedung.
Laporan adanya bom datang dari operator telepon Pusdai yang menerima
telepon pukul 09.45 dari seorang laki-laki yang mengatakan sebuah bom
yang dibawa seorang peserta seminar akan meledak pada pukul 10.00. Nyatanya
sampai acara selesai, isu tersebut tidak terbukti. Malah seakan menegaskan,
dinar dan dirham tidak saja tahan dari inflasi, tapi juga tak mempan
oleh ancaman bom. eva