GDRG Home

THE GOLD DINAR RESEARCH GROUP

Universiti Sains Malaysia, Penang

About Us | Members | Activities | Articles | Photo Gallery | The Dinar | Zakat | Mahr | Dinar Trade Network| Bookshop | Links | Announcements | Contact Uss

 

Back to News
page 1, page 2, page 3
page 4
 

Dinar dan Dirham = The Real Money

REPUBLIKA ONLINE 06/11/2002

 

'What is money tomorrow? Apa arti uang besok, lusa, dua puluh tahun mendatang? Bila Anda tidak tahu apa itu uang, maka Anda mudah berspekulasi.''

Inilah penegasan yang disampaikan Prof. Dr. Hakim Ibrahim dalam Semiloka Dinar dan Dirham sebagai salah satu alternatif Keluar dari Himpitan Krisis, pekan lalu di Balai Asri Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Bandung. Hakim mengatakan, selama ini uang di seluruh dunia dikendalikan oleh dolar AS. Rupiah, ringgit, peso, dan mata uang lainnya mengacu pada dolar. Anehnya, dolar sendiri tidak mempunyai definisi yang jelas berapa ukuran pastinya. Jadi mata uang-mata uang tersebut dapat dimain-mainkan.

''Ringgit bukan punya Malaysia, rupiah bukan punya Indonesia, semua didefinisikan oleh dolar. Dolar yang menguasai semua mata uang di dunia. Jadi semua mata uang dikawal atau dikungkung oleh dolar tanpa ada definisi, tanpa ada ta'rifat,'' kata Hakim.

Dosen Universiti Sains Malaysia ini menambahkan, ekonomi sekarang bersifat spekulatif. Ekonomi Islam tidak akan berarti bila tanpa ada alat tukar pendukung yang benar. Kesehatan sebuah negara bergantung pada benar atau sahnya mata uang. Selama ini uang yang beredar adalah uang kertas yang nilai intrinsiknya tidak sesuai dengan nilai riilnya.

Setiap hari nilai intrinsik uang kertas bisa berubah drastis. Inilah yang bisa menjadi sarana spekulasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan. Pada kesempatan yang sama, Achmad Iwan Aji dari Murabittun Nusantara, memberikan penjelasan, bahwa yang digagas para pencetus ide pemakaian dinar dan dirham bukanlah untuk mengganti sistem yang ada.

Ide ini, katanya, merupakan suatu usulan alternatif sebagai jalan keluar dari krisis ekonomi. Penggunaannya bertahap, dimulai dengan pembayaran haji, zakat, mahar sampai transaksi niaga. ''Kita bukan untuk mengubah sistem tapi menjadikan dinar-dirham sebagai alternatif keluar dari krisis,'' tandasnya. Acara yang diselenggarakan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini juga menghadirkan Ketua ICMI Adi Sasono.

Menurut Adi, dari dulu hingga sekarang Indonesia berada dalam cengkeraman imperialisme ekonomi. Penajajahan itu dimulai sejak kapal dagang VOC mendarat perama kalinya tahun 1511 di Indonesia. Penjajahan yang sama terus diterima Indonesia sejak menerima dan menjadikan IMF sebagai dokter ekonomi. Imperialisme ekonomi inilah yang menyebabkan Indonesia lemah sehingga mudah diatur dan dihina negara lain.

Adi menyebutkan penangkapan beberapa WNI di Australia tanpa alasan yang kuat merupakan refleksi ketidakhormatan Australia kepada bangsa Indonesia, khususnya umat Islam. ''Ini kenyataan kita. Suatu bangsa yang lemah yang bergantung bisa dihina. Karena itu kita harus kuat supaya orang tidak bisa kurang ajar, seperti sekarang terjadi,'' ujar mantan menteri koperasi ini.

Untuk itu, Adi mengajak semua pihak menguatkan perekonomian Indonesia supaya tidak bergantung pada negara lain. Salah satunya adalah dengan penggunaan dinar-dirham yang stabilitas nilai mata uangnya terjamin. ''Kita menguatkan ekonomi yang tidak bergantung pada negara lain.

Pemerintah harus benar, harus kuat memberikan teladan. Yang memiliki rasa kebangsaan, tidak menghamba pada asing,'' tandas Adi. Semiloka ini merupakan rangkaian acara dari Rapat Koordinasi Wilayah ICMI Korwil Jawa Barat. Rakor ini membahas evaluasi program Korsat ICMI dan membuat program baru yang implementatif.

Acara sempat dihentikan sejenak karena panitia datang beserta sejumlah aparat kepolisian yang hendak memeriksa kebenaran informasi ada tidaknya bom di gedung yang dipakai. Para peserta diperiksa termasuk Adi Sasono. Selain itu aparat juga menyisir seluruh gedung.

Laporan adanya bom datang dari operator telepon Pusdai yang menerima telepon pukul 09.45 dari seorang laki-laki yang mengatakan sebuah bom yang dibawa seorang peserta seminar akan meledak pada pukul 10.00. Nyatanya sampai acara selesai, isu tersebut tidak terbukti. Malah seakan menegaskan, dinar dan dirham tidak saja tahan dari inflasi, tapi juga tak mempan oleh ancaman bom. eva

 

 

Last Updated: 12/11/02 ©NE2002

 

Gold Dinar Research Group