GDRG Home

THE GOLD DINAR RESEARCH GROUP

Universiti Sains Malaysia, Penang

About Us | Members | Activities | Articles | Photo Gallery | The Dinar | Zakat | Mahr | Dinar Trade Network| Bookshop | Links | Announcements | Contact Uss

 

Back to Other Articles

 

Keunggulan Dinar Dibanding Valuta Asing

by Zaim Saidi

Pengelola ADINA, Wakala Dinar-Dirham, Jakarta

REPUBLIKA ONLINE

Bila telah terimplementasi dengan tuntas, pemakaian dinar dan dirham akan menciptakan sistem keuangan yang adil bagi semua orang. Dinar dan dirham adalah mata uang yang universal, tidak mengenal negara, karenanya bila semua bangsa sepakat memakainya maka kita hanya akan mengenal sistem dua-mata-uang ini (bimettalic currency system).

Kita semua tidak lagi menghadapi persoalan selisih kurs mata uang. Dengan demikian tidak dimungkinkan lagi satu mata uang dipakai untuk memanipulasi atau mendepresiasi mata uang lain. Tidak ada lagi cerita uang kertas Amerika, misalnya, yakni dolar AS, bernilai 10 ribu kali nilai uang kertas Republik Indonesia, atau rupiah. Nilai intrinsik emas dan perak di negara mana pun akan sama, di Amerika atau di Indonesia, di Cina atau di India, dinar dan dirham bernilai sama.

Persoalannya adalah akankah semua bangsa bersedia memakainya? Tentu tidak mudah, justru karena ada pihak-pihak yang menikmati keuntungan dalam sistem uang kertas yang secara hakiki tidak adil tersebut. Dengan kata lain pemakaian kembali dinar dan dirham harus diperjuangkan sekuat tenaga, dengan berbagai jalan, hingga posisinya sebagai mata uang memiliki kekuatan, katakanlah seperti dolar AS saat ini.

Dengan demikian dinar dan dirham akan menjadi standar dan perlahan-lahan mengungguli mata uang kertas apa pun di pasaran. Dan jalan itu sesungguhnya tidak terlalu sulit, setiap orang, saat ini juga, dapat ikut memperjuangkan dinar dan dirham dengan langkah sederhana: pakailah dalam kegiatan sehari-hari!

Dalam kemungkinan yang paling realistis, dan selama masa transisi saat ini, dinar dan dirham akan berdampingan dengan mata uang kertas. Untuk sesama negara yang bersepakat menggunakannya, sebagaimana diindikasikan oleh Malaysia dan Iran, keadaan ideal di atas tentu telah tercapai.

Bagi yang tidak, maka dinar dan dirham akan menjadi salah satu 'valuta asing' bagi anggota warga negara bersangkutan, di antara berbagai mata uang asing lainnya.

Bagaimana pun dinar dan dirham, sebagai 'valuta asing' ini, memiliki keunggulan dibanding valuta asing mana pun. Pertama, sebagai mata uang dinar dan dirham memiliki nilai intrinsik sesuai dengan beratnya masing-masing (4.25 gram emas 22 karat dan tiga gram perak murni). Artinya dinar dan dirham merupakan komoditas, dan telah dibuktikan secara empiris, nilai tukarnya tetap terhadap komoditas lain.

Dalam kurun sekitar 1500 tahun harga seekor kambing dapat dibeli dengan satu sampai dua dinar sedangkan seekor ayam dapat dibeli dengan satu sampai dua dirham tergantung besar kecilnya kambing dan ayam tersebut. Perbandingan secara langsung terhadap dolar akan memperkuat posisi ini, dalam kurun 30 tahun, nilai 1 ounce emas (31.1 g) mengalami kenaikan dari 35 dolar AS (Agustus 1971) menjadi 315 dolar AS (Oktober 2002).

Kedua, sebagaimana telah disinggung di atas, dinar dan dirham merupakan mata uang tak berbangsa. Maka, sebagai 'valas' dinar dan dirham dapat dipertukarkan secara langsung dengan valas lain, tanpa melalui valas 'perantara' yang mengakibatkan kerugian bertingkat akibat perbedaan kurs berjenjang.

Seorang warga Indonesia yang memiliki dolar AS dan membutuhkan yen Jepang, bila berdomisili di Indonesia, harus menjual dolarnya terlebih dahulu dalam rupiah dan membeli yen dalam rupiah tersebut. Akibatnya nilai uangnya terpotong dua kali karena perbedaan kurs.

Dalam dinar dan dirham, karena merupakan komoditi, transaksi dapat dilakukan secara langsung dengan mata uang apa pun, tanpa harus melalui rupiah. Dinar dan dirham juga tidak mengenal 'kurs tengah', yang ada hanyalah harga jual dan harga beli, yang saat ini memiliki rentang tiga persen. Dengan demikian dinar dan dirham tidak mudah dipakai untuk spekulasi sebagaimana valas kertas.

Ketiga, sebagai alat pembayaran internasional dinar dan dirham terfasilitasi dengan sistem on line yang efisien dan sangat murah. Biaya transaksi melalui sistem e-dinar sebagaimana berlaku saat ini sangat murah, ditetapkan satu persen per transaksi emas kepada pembayar, dengan nilai maksimum 50 sen dolar AS. Bandingkan dengan biaya transfer valas uang kertas yang saat ini sekitar enam dolar As dan dikenakan pada pembayar maupun penerima (total sekitar 12 dolar AS). Maka, bahkan dibandingkan dengan transaction cost melalui kartu kredit pun transaksi dalam dinar emas masih jauh lebih murah.

Keempat, dinar dan dirham tidak mengenal cost of money, terbebas dari inflasi, dan karenanya dinar dan dirham merupakan alat hedging yang mumpuni. Telah disebutkan di atas dinar dan dirham tak pernah terdepresiasi dalam kurun waktu ribuan tahun lamanya. Di negeri mana pun emas terbukti kalis dari segala krisis moneter. Zaim Saidi Pengelola ADINA, Wakala Dinar-Dirham, Jakarta

 

Last Updated: 12/11/02 ©NorizanEsa2002

 

Gold Dinar Research Group